Celoteh Pojok Biru

... tet ... tet ... bel sudah berbunyi, waktu menunjukan pukul 07.45 am, saatnya pergantian pelajaran bagi kelas kami. Meski hari itu penuh dengan pelajaran agama, dan aku hanya bertatap muka dengan satu wajah (baca : guru) yang menemaniku belajar dari pagi sampai siang, aku tetap merasa happy, karena proses KBM dibuat fun oleh guruku.

Mata pelajaran Fiqih menjadi awal pembelajaran Kami di kelas. Konsep pembelajaran yurisprodensi / undang-undang secara Islam dijelaskan dalam pelajaran ini. Wajib, haram, sunah, makruh dan subhat. Wajib berarti memperoleh pahala apabila dikerjakan dan mendapat dosa jika dilanggar. Haram berarti memperoleh pahala apabila ditinggalkan dan mendapat dosa jika dikerjakan. Begitulah singkatnya aku memahami penjelasan guruku.

Guru    :“Kewajiban seorang siswa adalah belajar. Membaca,  mengerjakan soal latihan atau tugas dari sekolah merupakan manifestasinya.”

Si A     :“Berarti kalau kami tidak mengerjakan PR dapat dosa   Pak?”

Guru    :“Ya! Kalian berdosa kepada Guru kalian, karena telah membuat mereka kecewa dengan tindakanmu.”

Si B     :“Terus kewajiban pak Guru ?”

Guru     :“Pertanyaan bagus! Siapa yang bisa menjawab?”

Si C     :“Menghukum yang tidak mengerjakan PR Pak.”

Guru     :“Bukan itu yang dimaksud.”

Kewajiban seorang Guru adalah mengajar, menyampaikan ilmu kepada Anak didiknya.

Guru yang baik akan selalu memperhatikan tingkat pemahaman Anak didiknya, bukan hanya mengajar untuk menggugurkan kewajibannya tanpa mempertimbangkan Anak mengerti yang disampaikan atau tidak. Dan memperhatikan tingkat pemahaman Anak bukan didasari faktor tertentu kecuali keikhlasan hati untuk memberi ilmu kepada mereka.

Orang Muslim sejati akan melaksanakan sholat dengan keikhlasan (baca : khusyu’) hati, bukan karena menggugurkan kewajibannya tanpa mempertimbangkan diterima sholatnya atau tidak. Dan juga tidak melaksanakan sholat dengan mengharap balasan surga saja.

Follow @SDI_Arrahmah