Pembedaan secara umum perspektif permasalahan yang sejak lama menguasai teori-teori pembangunan, menimbulkan berbagai alternatif dari persaingan antara teori modernisasi dan teori dependencia. Pengelompokan berbagai subteori dan pendekatan untuk menjelaskan keterbelakangan dalam dua arus teori.
Teori yang dikelompokkan dalam teori modernisasi (teori dan strategi pertumbuhan, teori perubahan sosial dsb) adalah berbagai teori yang berangkat dari sebuah proses plagiatisme (peniruan) dan penyamaan terbelakang ke masyarakat maju dunia industri Barat (baca juga revolusi industri Inggris).
Proses modernisasi memiliki pengertian tradisi dan modern sebagai awal dan akhir jalan yang harus ditapak oleh masyarakat dunia ketiga (baca: berkembang). Dalam kelangsungan proses yang digerakkan dari nilai, perilaku dan cara berfikir tradisional serta struktur dalam masyarakat didinamisasi dan dimodernisasi. Masing-masing bidang politik dan berbagai disiplin ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan modernisasi itu sendiri.
Dari ketentuan-ketentuan yang masih kaku ini, berlandaskan definisi yang masih perlu dipertanyakan (tradisi dimengerti sebagai apa saja yang tidak modern, dan modernitas masyarakat Barat dimutlakkan menjadi gambaran panutan pembangunan), diperlukan kriteria dari sebuah modernitas itu sendiri.
Gambaran dan asumsi dasar berikut merupakan ciri-ciri teori modernitas:
a. Lokalisasi teoritis dari masalah; keterbelakangan merupakan stadium awal perkembangan masyarakat. Masyarakat terbelakang dan masyarakat peralihan berada pada jalan dari tradisi menuju modern.
b. Munculnya berbagai permasalahan; penyebab keterbelakangan sangat sedikit dibahas oleh teori modernisasi. Teori ini mempertanyakan faktor-faktor yang menghambat perubahan sosial dengan melokalisasi faktor pada situasi endogen. Penekanan pada faktor internal dengan tidak memperdulikan sejauh mana faktor eksternal berpengaruh padanya.
c. Definisi hubungan bilateral antara negara berkembang dan negara industri (pembagian kerja international). Bagi teori modernisasi, negara industri adalah panutan dan tujuan proses pembangunan yang harus dicontoh.
d. Konseptualisasi proses pembangunan; negara-negara yang kini terbelakang melakukan pembangunan dengan jalan sama yang pernah dilakukan negara yang sekarang maju. Dan yang sangat menentukan adalah kelengkapan sektor SDA, modal, kerja dan penerapannya pada tempo proses pembangunan.
Selain membahas masalah pertumbuhan ekonomi dan perubahan sosial dalam rangka teori modernisasi dan tanpa diintegrasikan dalam teori modernisasi, dilakukan berbagai penelitian yang berangkat dari berbagi pendekatan:
1. Pendekatan sosial – psikologis; studi mengenai motivasi prestasi, kepribadian yang mobil dan masyarakat yang mobil, serta motivasi inovatif.
2. Pendekatan teori komunikatif; studi mengenai perubahan komunikasi masyarakat tradisional dan modern, perubahan komunikasi personal dan langsung dilakukan dengan media komunikasi tidak langsung (radio, pers, televisi).
3. Pendekatan nation – building; studi pembangunan bangsa negara berkembang dan pengalihan loyalitas lokal pada tingkat lebih luas, artinya menciptakan sebuah kesadaran nasional.
4. Pendekatan political – culture; studi untuk penyesuaian kultural sistem politik pada tuntutan-tuntutan modern dalam berbagai kemampuan dan kriteria hasil yang diperlukan, kapasitas usaha, kapasitas kemakmuran.
Diantara pendekatan tersebut dibahas pula subteori modernisasi yang kontradiktif, yang tidak perlu dibahas seccara gamblang disini. Sebagai contoh partisipasi politik, yang dilihat bahwa keikutsertaan politik termasuk diferensiasi lanjut yang perlu dari sistem-sistem politik dalam proses modernisasi. Di lain pihak Samuel Huntington mengatakan: “jika partisipasi politik telah demikian melangkah, akan mengakibatkan ketidakstabilan politik dan rezim-rezim militer (baca: otoriter). Rezim militer disatu pihak bertentangan dengan kultur politik demokrasi Barat yang digunakan sebagai panutan negara berkembang.
Kontroversi sub-sub teori yang ada berdiri atas landasan definisi pengetahuan yang empiris-analitis dibagi-bagi oleh teoritikus modernisasi. Arah teori modrnisasi berangkat dari penelitian mikro-sosiologi dan perilaku (behaviour) – berbeda dengan teori dependencia yang berorientasi makro-sosiologi dan masalah struktur (penghapusan sistem kelas proletariasi, borjuasi, bangsawan dsb menuju sosialisme penuh).
Modernisasi menekankan peran panutan (yang sering tidak hanya bersifat ekonomi ) diharapkan mampu merangsang kegiatan elite, serta dimensi sosio-kultural yang didalamnya berlangsung perubahan masyarakat. Berbagai studi teori modrnisasi membahas orientasi nilai perubahan sosial, mengangkat momen-momen kultural, religius (Max Weber) bahkan mitologis yang relevan untuk pembentukan keseluruhan pandangan sosio-politis. Di dalam struktur-struktur yang kompleks tersebut pembangunan ekonomi memang mempunyai peranan penting, tetapi bukan yang menentukan karena proses sejarah secara umum ditentukan oleh banyak variabel yang menjalin.
Teori modernisasi terlihat berguna pada pembahasan masalah yang berada dibatas bidang antara sosiologi, antropologi dan sosio–psikologi. Pengambilalihan teknologi dan perilaku dari negara industri telah menimbulkan fenomena-fenomena kultur-anomi (E. Durkheim, M. Mies), Kultur-defensif (R. Konig, Bahsam Tibi), keruntuhan politik kelembagaan (Einsenstadt, S. Huntington).
5 komentar:
selamat menikmati...
trimakasih google translate!
hehehe....
tak pernah ada yang original lagi di dunia ini, sudah sejak zaman qabil-habil, jare.... hehehe....
Memantau aja dari jauh... gkgkgkgkgkgk
y ori ya "perubahan" tu sndiri yakne hehehehe
Posting Komentar